Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Grab Mendeteksi Driver Curang dari Pola Pemesanan Konsumen 100%

Cara Grab mendeteksi driver curang… Om Bro / Sista yang pernah menjajal pekerjaan sebagai driver online tentu tahu sakitnya dituduh berbuat curang oleh sistem. Sakit jika sebenarnya kita tidak pernah melakukan hal itu, tapi sistem menganggap kita melakukannya.
Dalam hal ini, lagi-lagi jari telunjuk Mtb bukanlah bermaksud mengarah pada Grab saja. Soale, platform lain seperti Gojek dan Uber pun kurang lebih sama. Jadi kalau disini Mtb cenderung lebih banyak menyebut nama Grab, hal itu semata-mata karena kebetulan platform Grab lah yang sudah dan sedang Mtb jalani hingga saat ini.
Kembali ke TKP…



 Fake GPS menjadi aplikasi yang diharamkan bagi pengemudi ojek online. Bila ketahuan memakainya, sanksi yang akan diterima cukup berat.

Aplikasi fake GPS memang cukup membantu untuk mengelabui posisi seseorang. Ketika dipakai, penggunanya dapat membuat lokasi seolah-olah berada di tempat yang telah ditentukan.

Fake GPS mulai populer saat menjamurnya media sosial. Kala itu pengguna banyak memakainya untuk meng-update lokasi palsu di akunnya.

Lalu berlanjut ketika demam Pokemon Go terjadi. Banyak gamer menggunakan aplikasi ini untuk berburu monster dan menguasai gym.

Pada perkembangannya, sejumlah pengemudi ojek online turut menggunakan Fake GPS. Tujuannya untuk mengakali aplikasi agar mempermudah untuk mendapatkan orderan.

Tapi praktik ini dilarang keras di sejumlah perusahaan penyedia layanan ojek online. Bahkan mereka menyiapkan sanksi berat bagi mitra drivernya yang ketahuan menggunakannya, Grab salah satunya.

Perusahaan ride sharing asal Malaysia itu menerapkan sanksi penonaktifan permanen bagi mitranya yang menggunakan fake GPS. Saat ini sudah lebih dari 12 mitra yang dikenakan ganjaran tersebut.

Haramkan Fake GPS, Grab Tolak Ampuni 197 DriverFoto: detikINET/Adi Fida Rahman

"Kami tidak mentolerir penggunaan fake GPS maupun fake booking. Karena itu sangat merugikan," kata Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, di Jakarta, Kamis (5/1/2017).

Dijelaskan Ridzki, penggunaan fake GPS merugikan tidak saja penumpang, tapi juga mitra pengemudi lainnya. Penumpang jadi lama menunggu, sementara mitra driver yang berada di dekat lokasi konsumen tidak mendapatkan order.

Karena itu meski didemo, Grab tidak akan mengabulkan permintaan untuk pencabutan sanksi terhadap 197 mitra pengemudi yang menggunakan fake GPS dan fake booking. Mereka pun memasang sistem monitoring untuk memantau perilaku driver.

"Jika ada yang menggunakan fake GPS akan langsung ketahuan. Sehingga kami dapat langsung memberikan sanksi ke pada mitra yang berbuat kecurangan," pungkas Ridzki.



…sebelum kita bahas perkara cara Grab mendeteksi driver curang, Mtb akan bahas sekilas perkara insentif yang tidak cair..

Deteksi kecurangan dengan sanksi pembekuan insentif
Tuduhan kecurangan yang paling sering terjadi adalah dengan sanksi penahanan / pembekuan insentif. Bagi Mtb, dulu, hal tersebut menjadi hal yang cukup menyakitkan. Bayangkan ketika Mtb harus kepanasan dan kehujanan dihari itu, tapi insentif tidak cair dihari berikutnya…
Tapi sekarang… hal itu sudah lumrah bagi Mtb. Jengkelnya hati Mtb sudah tidak seperti dulu lagi.

Penyebab penahanan / pembekuan insentif
Sebetulnya (mungkin) ada banyak poin dalam kode etik Grab yang dapat mengakibatkan pembatalan insentif. Namun hal yang paling sering terjadi dikota kecil tempat Mtb adalah masalah penumpang yang sama dalam satu hari. Wajar karena dikampung Mtb, pengguna Grab masih yang itu-itu saja.
Lalu apa solusinya…?
Seiring waktu, Om Bro akan tahu bagaimana caranya mengatasi masalah tersebut. Yang penting Om Bro harus sering-sering merapat dan sharing dengan sesama driver online. Sukur-sukur jika diwilayah Om Bro sudah ada driver seniornya.
Hal kedua yang kadang terjadi adalah karena Om Bro menekan tombol “mulai” dan / atau “selesai” jauh dari titik jemput / titik antar.
Masalah bisa terjadi karena nama tempat dan alamat real yang tidak akurat di Google Map. Mtb pernah tuh, dapat order dengan titik jemput yang berjarak 8 km dari alamat yang disebutkan. Edan kan? Nah… untuk mengatasi masalah itu, Om Bro bisa minta pada konsumen untuk membatalkan dan mengulang pesanan. Atau jika kebetulan titiknya tidak terlalu jauh, Om Bro boleh sedikit berjalan memutar supaya posisi “mulai” dan “selesai” berada dilokasi yang dekat dengan titik pesanan.

Cara Grab mendeteksi driver curang
Bagi driver jujur seperti Mtb (jahahahaha…!! Insya Alloh. Amin…), cara Grab mendeteksi driver curang adalah hal yang patut diwaspadai. Pasalnya, tidak jarang driver yang lurus-lurus saja pun dianggap bengkok.
Contoh Kang Ustadz Hilmi, teman satu aspal dan satu bendera, Grab, di Kota Banjar Patroman pun pernah mengalami suspend insentif. Padahal, Mtb yakin beliau sama sekali tidak melakukan order fiktif.
Nah… bagi Om Bro / Sista sekalian sesama driver Grab, Mtb rasa perlu kiranya mengetahui cara Grab mendeteksi driver curang. Tujuannya tentu untuk mencegah supaya Om Bro / Sista tidak sampai harus menerima sanksi atas kesalahan yang tidak kita lakukan.
Namun sebelumnya Mtb harus klarifikasi dulu, bahwa, apa yang Mtb tuliskan ini bukan berasal dari sumber terpercaya. Mtb dapatkan pemikiran ini dari hasil tapa brata sehari semalam di gunung kembar. Hahaha…!! Emang bisa ya bertapa digunung kembar?
Ya sudah… intinya, artikel cara Grab mendeteksi driver curang ini hanyalah hasil pemikiran Mtb setelah mempelajari beberapa kode etik Grab. Jadi tidaklah mutlak kebenarannya.

Fake GPS
Cerita tentang fake GPS adalah yang paling populer untuk beberapa waktu yang lalu. Lalu, bagaimana Grab mendeteksi bahwa didalam smartphone driver terdapat aplikasi Fake GPS?
Sederhana saja…
…aplikasi fake GPS itu kan membutuhkan akses root. Jadi driver pengguna fake GPS dan aplikasi tambahan lain harus lah me-root ponselnya. Dan karena hal itu, maka Grab cukup menanamkan sebuah perintah root checker didalam aplikasi drivernya.
Persoalannya, jika Om Bro tidak berbuat curang tapi kebetulan ponselnya rooted, maka Om Bro akan tetap dianggap melakukan kecurangan.

Akun driver dan akun penumpang dalam 1 ponsel
Ada kalanya kita sebagai driver pun perlu memiliki aplikasi penumpang. Fungsinya untuk bisa tahu posisi rekan sesama driver. Tapi bagaimana jika aplikasi penumpang tersebut digunakan untuk taking order?
Perlu Om Bro tahu… meskipun pada saat taking order itu aplikasi driver dalam posisi log out, tapi IP addressnya adalah sama. Kemudian sistem grab juga mampu merecord, kemana tujuan order dari aplikasi tersebut. Dan setelah order terjadi, maka yang di amati oleh Grab adalah kedua driver tersebut, yakni pemesan dan penerima pesan.

Driver dan penumpang sering berdekatan
Entah dengan satu ponsel atau lebih, posisi GPS antara aplikasi penumpang dan aplikasi driver yang sering berdekatan pun akan diamati. Logikanya, penumpang asli akan berdekatan dengan driver hanya pada saat menyelesaikan pesanan saja.

Waktu penyelesaian perjalanan yang tidak lazim
Baru-baru ini tersiar kabar diberbagai media perkara pelaku penuyulan oleh oknum-oknum driver taksi online. Pihak aplikator tentu dapat dengan mudah mendeteksi ketika suatu pekerjaan diselesaikan hanya dalam hitungan detik. Lalu bagaimana jika pelakunya benar-benar melakukan perjalanan?
Ada suatu kecenderungan yang diluar pemikiran para driver. Yaitu, kecepatan saat membawa penumpang akan cenderung lebih lambat dibanding saat akan menjemput. Jadi, ketika kecepatan kendaraan pada saat mengantar penumpang adalah sama atau bahkan lebih cepat ketimbang saat menjemput, maka terlihatlah bahwa kendaraam tersebut sebenarnya kosong. Tanpa penumpang.
Bahkan driver yang murni mengantarkan penumpang pun akan dianggap fiktif jika kecepatannya seperti itu.

GPS penumpang tidak menyala
Sejujurnya… Mtb pernah melakukan itu ketika ada seorang ibu yang meminta Mtb untuk mengantar anaknya ke sekolah. Dengan cara itu, sistem tidak akan tahu bahwa aplikasi penumpang tidaklah ikut bersama Mtb.
Tapi… sistem Grab juga pasti mempelajari pola itu. Jadi jika sering-sering terjadi hal seperti itu, maka lama-kelamaan sistem akan menganggap driver melakukan order fiktif.

Ramai order dijam-jam akhir menjelang habis waktu insentif
Tetangga lain kampung lain kabupaten dengan Mtb pernah ada yang punya pola seperti itu. Setiap jam insentif, maka heatmap di aplikasi driver akan menyala merah. Diluar jam insentif, heatmap kembali padam. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sekarang heatmap diwilayah tersebut sudah tidak pernah merah lagi. Kemungkinan, sistem Grab menganggap diwilayah tersebut banyak terjadi order fiktif dan membekukan sebagian besar akun para driver disana.
Secara alami kita sebagai driver tidak bisa mengatur kapan harus datang pesanan dari penumpang. Namun jika kebetulan diwilayah Om Bro punya kecenderungan sama dengan cerita diatas, maka tidak mustahil Om Bro akan dianggap melakukan ofik.

Ketimpangan jumlah order satu driver dengan lainnya
Ketika disuatu wilayah operasional Grab terjadi ketimpangan antar sesama driver, tidak tertutup kemungkinan hal itu pun menjadi bahan pertimbangan sistem. Misalnya, mayoritas driver hanya mendapatkan 6-10 trip perhari, tapi ada beberapa driver yang selalu mendapatkan 16 trip atau bahkan lebih. Dengan adanya ketimpangan tersebut, maka tidak mustahil driver yang selalu gacor tersebut akan masuk kedalam pantauan sistem Grab.

Penumpang melakukan banyak pemesanan dalam satu hari
Secara normal, seorang penumpang hanya akan melakukan 2-4 order perhari. Misalnya pada saat berangkat dan pulang kerja serta berangkat dan pulang jalan-jalan. Itu pun kebanyakan hanya berangkat dan pulang kerja saja. Jarang ada konsumen yang dengan sengaja jalan-jalan dihari kerja.
Nah, menurut logika Mtb, jika ada akun penumpang yang melakukan pemesanan lebih dari 4 kali sehari, maka ada potensi akun driver yang menerima order akan dipantau oleh sistem Grab.

Alamat tujuan penumpang tidak lazim
Di kampung Mtb, di Kota Banjar, itu ada satu kontrakan yang kebetulan lokasinya berdekatan dengan pemakaman umum. Mtb pernah malam-malam mengantar penumpang ke kontrakam tersebut.
Menurut hemat Mtb, jika kebetulan mayoritas penghuni kontrakan tersebut adalah konsumen Grab, maka sangat mungkin pihak Grab akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu hal yang janggal. Masalahnya, alamat yang akan muncul di aplikasi adalah TPU (Taman Pemakaman Umum). Kalau difikir secara sekilas kan jadi seperti main-main kan?
Yaa… satu dua kali order mungkin tidak akan terdeteksi. Tapi jika sering…?????

Banyak driver namun hanya satu yang on untuk beberapa saat
Misalnya disuatu tempat (misalnya mall) ada sekumpulan driver grab yang tengah menunggu penumpang. (Anggap lah ada 5 orang driver). Kemudian kebetulan 4 diantaranya kebelet ke toilet sehingga harus meng-off-kan aplikasinya. Nah, secara kebetulan, ada satu order yang masuk ke satu driver yang tidak ikut ke toilet.
Setelah itu, 4 orang driver tadi keluar dari toilet dan on-bid kembali…. maka pola tersebut bisa saja menjadi indikasi rekayasa. Seolah 4 orang driver dimaksud sengaja off untuk membiarkan order masuk ke satu yang on.

Terdapat beberapa akun penumpang dalam satu ponsel
Lagi, soal IP address. Sekarang ini kan Grab punya program untuk customer yang diberikan nama custemer silver, gold dan platinum. (Mtb tidak begitu tahu benefit apa yang didapat dari program tersebut). Dengan adanya program tersebut, tidak mustahil penumpang yang rakus akan membuat beberapa akun untuk mendapatkan level customer dari ketiganya. Kemudian, jika hal itu terjadi, tidak tertutup kemungkinan sistem Grab akan memantau akun driver penerima order dari smartphone penumpang dimaksud. Bisa saja Grab mencurigai akun penumpang tersebut adalah milik drivernya sendiri.

Mematikan aplikasi namun tetap mengantar penumpang
Secara nalar, ketika kita mematikan aplikasi driver, GPS dan koneksi internet, maka sistem Grab tidak akan mengetahui kemana kita bergerak. Namun, jika Om Bro mematikan aplikasi sesaat setelah ada pesanan yang dibatalkan, maka mungkin saja sistem Grab akan mengumpulkan pola itu. Sesekali mungkin tidak masalah, tapi jika berkali-kali, maka mungkin saja Grab akan menganggap bahwa sang driver sengaja mematikan aplikasi untuk mengantarkan penumpang secara offline


Grab selalu meberikan tindakan tegas kepada pemakai aplikasi tambahan atau para pengguna handphone yang telah dimodifikasi/root & digunakan untuk mencurangi sistem Grab.

Tindakan yang diberikan kepada para pelanggar mulai dari pembekuan akun sementara hingga pemutusan kemitraan. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran tersebut, gambar dibawah adalah cara memeriksa & membersihkan hp yang dimodifikasi:

Sebelum memeriksa Hp Anda dengan aplikasi Root Checker, pastikan Hp Anda tidak mempunyai aplikasi Root Cloak atau aplikasi yang mampu menyembunyikan status root.



Ingat sebelum melakukan  unroot penuh, back up terlebih dahulu data-data penting yang ada di Hp Anda, karena proses ini akan menghapus semua data-data yang ada di hp Anda.




root detector grab
cara menyembunyikan root grab
cara agar tidak terdeteksi grab
cara root untuk grab
root akun grab
cara root akun grab
root grab driver
cara menggunakan dotmod
root detector grab
cara menyembunyikan root grab
Penelusuran yang terkait dengan akun grab terdeteksi root
root detector grab
cara menyembunyikan root grab
cara agar tidak terdeteksi grab
cara root untuk grab
root akun grab
cara root akun grab
root grab driver
cara menggunakan dotmod
cara agar tidak terdeteksi grab
cara root untuk grab
root akun grab
cara root akun grab
root grab driver
cara menggunakan dotmodroot detector grab
cara menyembunyikan root grab
cara agar tidak terdeteksi grab
cara root untuk grab
root akun grab
cara root akun grab
root grab driver
cara menggunakan dotmod

Post a Comment for "Cara Grab Mendeteksi Driver Curang dari Pola Pemesanan Konsumen 100%"